welcome to my blog ;)

Friday 11 December 2015

My Own Goosebumps (vol. 3)

Jangan Matikan Lampu Kamarmu

Ingin tau kenapa aku tak mau lagi mematikan lampu kamarku sebelum tidur sampai sekarang? Apa?! Kau masih mematikan lampu kamarmu saat kau tidur?! Kalau aku jadi kau, akan kuhentikan kebiasaan itu.

Namaku Andrew Hamsten. Aku memang sudah terbiasa dari kecil tidur dengan lampu dimatikan. Alasannya tidur disaat lampu kamar menyala dapat merusak jaringan otakmu, itu yang kudengar dari penjelasan orang tuaku. Dan sekarang aku tidak pernah, tak akan pernah lagi mematikan lampu kamarku!. Sejak aku masih duduk dikelas 4 sekolah dasar dimana aku menemukan kejadian yang tak akan bisa kulupakan. Bahkan waktu aku bercerita sekarang, masih jelas dalam ingatanku betapa mengerikannya malam itu.

Gerimis membasahi Sandalas City malam ini. Aku bisa mendengar rintikannya diatas genting rumahku. Cuaca berubah menjadi dingin dan semakin membuat tidur lebih nyaman pada umumnya. Tapi aneh tidak seperti biasanya, malam ini aku malah tidak bisa tidur lelap. Mungkin karena tidur siangku yang lama sekali sebelumnya, sehingga tidurku malam ini pun tak nyeyak. Jam digital-ku menunjukan pukul 12 tepat dini hari saat itu, dimana aku mendengar sesuatu dijendela kamarku. Seperti ada yang mencakar pelan dengan kuku yang bunyinya berdecit walaupun samar-samar aku mendengarnya karena sedikit terhalang oleh bunyi gerimis. Aku memejamkan mataku dengan paksa dan mencoba tidak menghiraukan bunyi itu, tapi tidak bisa!!. Aku mulai merasa takut apalagi dengan kondisi kamarku yang gelap, hanya lampu jam digital-ku yang memancarkan sedikit sinar berwarna hijau. Lampu tidurku juga sedang rusak dan aku lupa minta belikan yang baru kepada Ayahku siang tadi. Ya, gara-gara tidur siangku yang lama dan pulas. Ingin sekali rasanya menyalakan lampu kamar, tapi saklar lampunya ada di dekat pojok kamar, jauh dari jangkauanku dan aku terlalu takut untuk meninggalkan tempat tidurku.

Akupun dengan reflek menarik selimutku sampai menutupi kepala, karena 'bunyi' itu semakin keras dan terdengar jelas. Tak berapa lama akhirnya aku mencoba memberanikan diri. Kusibakkan selimutku dan memutuskan untuk menyalakan lampu kamarku. Tapi bisa kau bayangkan apa yang kulihat setelah itu?!! Suatu hal yang seharusnya tidak mungkin bisa melihat 'sesuatu' dengan sangat jelas dikegelapan dengan mata normal kita bukan?? tapi aku melihat mereka!! Jelas sekali!!. Ada seorang nenek-nenek tua dengan rambut tergerai acak-acakan berwarna keabu-abuan yang duduk dipojok kasurku. Dipojok kamarku, tepat disamping lemari. Ada seorang wanita dengan rambut panjang hitam menutupi mukanya dengan memakai 'Long Dress' putih ala putri bangsawan dengan noda bercak-bercak darah. Disebelah kiriku ada seorang pria yang kepalanya tampak hampir putus jatuh dibahu kanannya dan dia membawa kapak yang sudah karatan ditenggerkan di bahu kirinya. Yang terakhir aku melihat anak kecil yang mungkin sebaya denganku saat itu. Dia berwajah putih pucat menilik dibalik jendela kamarku, mungkin dialah yang menciptakan bunyi cakaran tadi.
Mereka semua sama melihat kearahku dengan mata yang menyeramkan. Pupil mata mereka hanya setitik berwarna hitam dan mereka semua tersenyum menyeringai kearahku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhku seketika itu juga terasa beku. Untuk menangispun aku tak bisa. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Lalu setiap dari mereka mendatangi dan berkumpul kearahku. Mereka mengucapkan sesuatu secara serempak "Selamat malam... Andrew". Lalu mereka tertawa melengking satu sama lain sembari tetap menatap tajam dan menyeringai kearahku dengan terus mendekat.

-------------------------------------------

Hari sudah pagi dan aku merasa suhu tubuhku mendadak naik drastis. Orang tuaku membuat surat ijin untuk tidak masuk kesekolah hari ini dan membawaku pergi berobat. Hampir dua minggu baru aku sembuh dan bisa sedikit mengatasi traumaku malam itu. Aku sudah membicarakannya kepada orang tuaku tentang kejadian di malam itu. Tapi seperti biasa, orang tua tidak akan mempercayai omongan bocah 8 tahun. Mereka menganggap itu cuma khayalanku dan sakitku dikarenakan aku kelelahan. Dr. Morgan pun memvonis aku kelelahan dan memang perlu istirahat total waktu itu. Aku memang tergolong aktif disekolah berbagai macam 'ekstra kulikuler' aku ikuti. Tapi aku yakin sakitku karena aku shok dengan kejadian malam itu!. Tapi sejak saat itu aku sudah membuat kesepakatan dengan orang tuaku untuk tidak mematikan lampu kamarku lagi ketika aku tidur. Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Mungkin kemarin 'mereka' hanya sekedar 'Say, Hello' kepadaku. Tapi aku tidak yakin apa yang terjadi untuk selanjutnya jika aku mematikan lampu kamarku lagi.

-------------------------------------------

Beberapa waktu kemudian aku tidak menyangka ternyata aku sudah mulai bisa melupakan kejadian 'malam' itu. Aku jadi terpengaruh dengan perkataan orangtua ku, mungkin kemarin hanya imajinasiku, khayalanku!. Akhirnya aku mencoba mematikan lampu kamarku lagi sebelum pergi tidur, karena memang lebih nyenyak tidur dalam keadaan gelap. Lalu tak berapa lama aku mendengar bisikan dengan nada menyeramkan "Saatnya mati... Andrew!!".

-------------------------------------------

Itulah kenapa aku tidak mau mematikan lampu kamarku lagi saat aku pergi tidur. Bagaimana denganmu? Hmm, kau masih melakukannya? Masih?! Baiklah kalau begitu cukup 5 detik pejamkan kedua matamu lalu buka kembali dan kau akan melihat "Kami" :)

-END-

By: W

No comments:

Post a Comment