welcome to my blog ;)

Saturday 5 December 2015

My Own Goosebumps (vol. 1)

Aku Masih Bermimpi, Ya Kan?

(Postingan Pertama!!! - Sebelumnya gw cuman mo ngasih tau kalo gua suka banget ama buku "Goosebumps" anak 90 pada tau pasti, hehe, Ya karangan Suhu R.L. Stine, plot twistnya itu lho yang buat gw ngfans ama "Goosebumps". Cuman gak semua gw sempet bacanya :"( - Ntar di kesempatan berikutnya gw sharing e-book "Goosebumps" dari koleksi yang gw dapet deh. Dari situlah gw tertarik bikin tuisan dengan gaya Suhu R.L. Stine, walaupun masih sangat jauh gaya tulisan gw, cuman semoga ada yang suka, hehe. Happy Reading :D )

=======================================================================

Namaku Alex. Umurku 11 tahun sekolah kelas 1 SMP. Aku seorang pemain Baseball Pro lho disekolahku. Dan aku sangat terkenal. Malam ini, tubuhku sangat lelah, tentu saja itu karena efek jadwal latihan rutin dengan klub Baseball-ku disekolah menengah Northingham.
Sebelum menuju ''Dream Land'', seperti biasa aku selalu... SELALU!!! membersihkan dan melap tongkat, glove, helm-ku. Kebiasaan ini dimulai... ya sejak aku menyukai Baseball, tepatnya kelas 4 sekolah dasar.
Tak lama setelah melakukan 'kebiasaan' rutin tadi, mataku pun mulai di hinggapi rasa kantuk yang luar biasa. Kumatikan lampu kamarku dan tanpa basa basi lagi dunia mimpi pun ku datangi.
Belum sampai benar-benar mata ini terlelap. Aku dibangunkan oleh suara berdehem seseorang, suaranya berat tetapi terdengar pelan. Itu pun sudah cukup membangunkan tidurku karena telinga 'kelelawar' yang ku punya ini. Entah anugerah atau bencana memiliki pendengaran di atas rata-rata ini. Yang pasti setidaknya aku tidak seperti tetanggaku si Nyonya Brendy yang kalau di panggil, mungkin seribu kali panggilan baru beliau melengok... Haha.


Kembali ke suara yang membuatku terbangun. Aku pun mulai memicingkan mataku, membiasakannya beradaptasi dalam kegelapan kamarku, dan berusaha menemukan dimana suara itu berasal. Aku yakin suara itu bukan suara Ayahku ataupun Kakak-ku Michael si Raja Jahil, aku kenal suara mereka walaupun mereka hanya mengatakan 'A' atau 'U' masih ingat 'keahlian'-ku tadi kan?
Tak lama terdengar lagi suara itu ''echem!''. Tapi kali ini suaranya tidak terdengar berat seperti yang pertama, yang ini suaranya lebih kecil. Aku pun segera menyalakan lampu kamarku. Dan kau bisa tebak apa yang kulihat dihadapanku?


Tongkat , Glove dan Helm Baseball-ku melayang!! benar-benar melayang di udara!! tepat dihadapanku dan mereka menatapku tajam dengan tatapan marah. Ya mereka punya mata, mata merah menyala seakan ingin membakarku hidup-hidup nantinya. Lidahku kaku seperti batu, perutku mual seperti ada es kecil yang berputar-putar didalamnya. Mataku tak henti menatap barang-barang kesayanganku yang juga lebih dulu menatapku penuh amarah.
Setelah beberapa waktu akhirnya aku bisa mengendalikan seluruh tubuhku, pikiran termasuk lidahku. ''Ke ke napa kalian menatapku seperti it tu?''. Aku terbata-bata. ''Aa apakah a da masalah?''. ''Hei!! kalian hidup!!''. ''Ya kami memang hidup!! bahkan selama ini kami hidup!! tapi kau tak menyadarinya!!'' Helm-ku menjawab pertanyaan dari kejadian yang paling tak masuk akal malam hari ini. Aneh memang kedengarannya tapi itulah kenyataan-nya!!!.


''Apa kau tidak sadar bagaimana rasanya dimainkan oleh mu!!'' Tongkat Baseball-ku menimpali. Sebenarnya setelah apa yang terjadi aku merasa bukan pemilik mereka lagi. ''Rasanya sakit!! SAKIT!!'' Glove juga angkat bicara. ''Ta ta tapi, aku memainkan kalian sesuai dengan fungsinya, tidak ada yang salah dengan itu semua!!'' aku mencoba membela. ''Itu memang benar. Tapi karena kamu terlalu 'Pro' dalam bermain, sehingga kamu hanya memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkan betapa sakitnya menjadi alat-mu!!'' serang Tongkat.
Pro? aku berpikir dalam hati. Aku sadar sekarang dengan apa yang membuat mereka marah. Karena aku pemain yang sangat kikuk. Ya, sangat kikuk, beberapa kali Tongkatku melayang mengenai helm teman setim-ku, bahkan pernah membentur tiang stadion karena ke 'Pro' an ku melemparkannya. Yeah, tongkat seharusnya sebagai pemukul bukan dilempar, dan tak luput juga Glove yang sering terseret ditanah karena aku selalu jatuh saat lari sprint serta helm ku yang hampir setiap permainan terkena 'bola liar'.
''Aku mengakuinya, aku memang kikuk dalam bermain Baseball. Tapi aku menyukainya! Aku menyukai kalian! buktinya aku selalu membersihkan kalian setiap sebelum ku pergi tidur!''. ''Buat kami itu TIDAK CUKUP!!'' mereka menjawab serempak. Aku rasa aku sudah gila karena berbicara dengan peralatan Baseball-ku sendiri. Aku mengalah dan memang aku yang salah ''Maafkan aku, aku memang salah''. ''Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?''. ''Aku ingin tanganmu!!'' tanggap Glove. ''Aku ingin kakimu!!'' Tongkat berucap. ''Dan aku ingin kepalamu!!'' Helm mengakhiri. Aku hanya menatap mereka dengan mulut menganga lebar membentuk angka 0. ''Kalian bercanda kan?'' aku menjawab ''Tentu saja aku memerlukan mereka untuk hidupku!''. ''Karena kami ingin kau MATI!!'' mereka berseru serempak.


Aku sudah tak bisa berpikir apa-apa lagi. Berteriak untuk minta tolong pun aku tak sanggup. Aku sangat bingung dengan apa yang terjadi tapi... Hei!!! mereka cuma peralatan, aku mungkin bisa melawan. Pertama-tama aku harus menjauh lari dari mereka ke ruang utama, menemukan alat untuk menghajar mereka, setidaknya keributan mungkin akan membangunkan  seisi rumah dan bisa membantuku menghajar mereka!.
Belum selesai ku berhayal dengan rencanaku Glove menangkap lenganku dan 'Bukkk!!'.''Aaaaa!!!'' aku berteriak serasa tenggorokanku keluar. Kakiku!! kakiku!! dipukul sampai patah oleh Tongkat. Dan anehnya tak ada satu suarapun dari penghuni rumah yang berteriak bertanya kenapa aku mengeluarkan erangan keras dimalam hari. Ayah, Ibu dan juga Michael, seperti mereka pingsan atau apalah.
Aku pun berusaha sekuat tenaga bergerak menuju pintu dengan satu kaki kiriku patah, tetapi Glove tetap memegang erat lenganku. Oh tidak! sepertinya dia akan meremukan lenganku juga. 'Kraaakk!!' benar saja lengan kananku langsung terkulai lemas, rasanya tidak dapat dibayangkan. Bahkan untuk menangis pun tak ada suara yang keluar dari mulutku rasanya seperti tertahan diujung tenggorokan. Aku tidak menyangka mereka sekuat ini. Tapi aku tetap menuju pintu kamarku secepat yang ku bisa. 'Takk' tangan kiriku berhasil meraih ganggang pintu, segera ku memutarnya untuk membuka tapi... 'Srekk!' sesuatu menempel memaksa di atas kepalaku.
Helm!! Helm Baseballku!! dia memasangkan dirinya ke kepalaku. Sambil berbisik perlahan dia mulai memutar arah 180°. Habislah aku! dalam hatiku berkata. Terdengar bisikan dengan suara berat, persis seperti suara berdehem pertama yang kudengar sebelumnya. ''Selamat tidur, Alex...''.


''Tidaaaaaaaakkkkk!!!'' aku berteriak sekuat tenaga. Dan 'bleess' betapa kagetnya aku. Itu semua hanya mimpi! Ya hanya mimpi!. Napasku terengah-engah seperti dipompa oleh mesin Titanic. Keringat mengucur deras seperti air terjun Niagara. Ohh!! aku lelah sekali, mimpi itu terasa sangat nyata. Aku bergegas memegang kaki-tanganku. Semua masih utuh. Tak ada luka sedikitpun. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu kamarku terkunci 'klak!'. Aku segera menyalakan lampu kamarku. Tubuhku yang tadi mulai segar. Mendadak serasa tak bertulang setelah aku melihat Tongkat, Glove, dan Helm Baseball-ku tidak ada ditempat penyimpanannya masing-masing. Akupun tersandar di samping kasurku. Sambil memejamkan mata dan tersenyum simpul seraya berkata ''Ini masih mimpi, ha-ha''. Tak lama ada sesuatu yang mendekati telinga kananku, berbisik dengan suara berat yang tak asing lagi ditelingaku ''Selamat tidur... Alex''. 'Srekk!'

By: W

No comments:

Post a Comment